1
|
“
Oh dear.... Wake up! You have to prepare
for school, right?”
“
mmm?? Mom?? Is it you??” sahutku masih dengan mata yang setengah tertutup.
“
yes honey, and it’s time for you to wake up. Your father and your brother
waiting for you in downstairs. Take a bath and have a breakfast. There is
something you have to know before you go to school” sahut ibuku membelaiku
kemudian berjalan mendekati pintu dan menutupnya pelan, terdengar suara langkah
ibuku menjauh dari kamarku.
Haaah…
sepagi ini harus bangun??? Memang
Indonesia seperti ini?? Sudah panas, tepat waktu lagi! Shiiit…
“ Hari ini bakal ada ulangan dadakan!!!” Teriak Tomi sekeras yang mungkin dia bisa. Sebagai
ketua kelas dia mesti memberitahukan berita mengerikan ini. Walau kelas mereka termaksud
kelas yang tak dapat dipandang dengan sebelah
mata.Tetapi tetap saja, dimana – mana otak manusia bakal tak bisa bekerja secara maksimal jika terjadi secara dadakan. Dan
terlebih lagi ulangan, bagai angin
dasyat yang mampuh merobohkan gunung besar, kehadirannya bagaikan jelangkung (
datang tak diduga dan pulang dengan meninggalkan keresahan ).
“ Apa?!” kontan mereka berteriak dan tak luput pula kata makian, dan isak tangis siswi. Serempak mereka menyerbu Tomi yang sekarang berdiri di depan meja guru.
“ Sumpah! Disambar geledek lah! Kemarin katanya siswa
sebelah dapat ulangan dadakan juga!!” sahutnya mengangkat tangan tanda ‘piece’.
Wajah siswa – siswi yang melihat wajah dan jari Tomi kini bertambah pucat bahkan
ada pula yang menangis sambil meraung – raung. Tetapi ada pula yang masih tetap
tenang bagi orang yang memang dari sananya sudah pintar.
“ Itu mungkin tak akan terjadi!” kini giliran Riu yang
menyahut, wajahnya tetap tenang. Dia
merupakan salah satu murid kebanggaan dari SMU MASEHI ini. Tak pernah lepas
dari peringkat pertama umum, wajahnya juga tidak bisa dikatakan biasa, melebihi kata luar biasa, dan gayanya seolah tak pernah mempedulikan
apa yang terjadi disekitarnya. Membuat julukan ‘the coolest prince’ jatuh ditangannya. Mana ada gadis yang tak tertarik denganya.
“ Maksudmu??” sahut Tomi dengan nada tak suka.
Jujur saja tidak semua orang menyukai Riu. Pikir cowok tampan + pintar + keren +
banyak gadis = banyak cowok jomblo. Itulah yang dirasakan murid laki –
laki di SMU MASEHI ini. Karena kehadiran Riu, tidak sedikit murid perempuan yang
berpikir untuk menjadikan Riu sebagai pacar mereka. Tetapi beda halnya dengan
Tomi, dia dicampakkan oleh pacarnya hanya karena Riu lebih popular dibanding
dengannya. Sebenarnya bukan salah Riu sepenuhnya, tapi apa yang bisa dipikirkan cowok kalau
sudah dikatai seperti itu oleh pacarnya. Tetapi sepetinya Riu tidak menggubris
tatapan sanggar dari Tomi. Dia melihat keluar jendelah kelas. Yang kelasnya
memang berada di lantai dua.
“ Bakal ada murid baru,
and you know the detile .” Sahut Riu
singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari luar kaca jendela.
“ Dimana kau tau bakal ada murid baru??” sahut Tomi
masih dengan nada tidak sukanya. Riu menunjuk
sesuatu dibalik jendela sebagai jawabannya, dan Tomi mengikuti arah telunjuknya itu dan mendapatkan
seorang gadis yang sedang berjalan menuju keruangan guru, diikuti dengan
seorang pria jakung dan putih di belakangnya. Walau wajah gadis itu tak
terlihat, dia tahu betul bahwa itu adalah murid baru, karena di SMU ini tak ada
yang berani memasuki ruangan guru jika tidak memiliki
keperluan yang begitu penting hingga harus mengorbangkan nyawa, sedangkan gadis itu hanya membawa tas ransel yang
bertengger manis di bahu kirinya.
@@@
“ why that have to be you?” ucapku kesal dan melirik kakakku ‘Doni’
atau itulah yang dibicarakan tadi pagi. Kata ayah kita tidak boleh terlalu
mencolok, jadi kita harus sembunyiin semua dah. Mulai dari nama, pekerjaan, dan
juga status keluarga. Tetapi sebenarnya tidak terlalu rahasia juga, karena nama
yang dipake hanya nama lain dari nama kita sendiri. Kalau lebih mudahnya nama
Doni, Rafika dan sebagainya memang punya kita hanya saja semua itu kami
gunakan jika kami berada di Indonesia
jadi tetap saja masih terkenal. Dan untuk kesekian kalinya aku kesal dengan
gaya kakakku yang malah bertingkah sebaliknya terlalu mencolok.
“ Kak Doni! Kakak dengar nggak sih
yang tadi Am..eh Fika katakan”
sahutku meralat namaku. Yup itulah nama Indonesiaku. Rafika Nurul Handayani.
“
Aku dengar adikku Fika” Sahutnya mencubit pipiku gemas sambil mempertegas nama
itu.
“ Nah, sudah sampai! Ayo masuk, nanti telat !” Tambahnya
sambil menggandengku masuk.
Kami
memasuki ruangan besar yang dipenuhi lelaki dan wanita paruh baya itu. Ruangan
yang di setiap sudutnya terdapat tumpukan buku. Aku mungkin akan salah mengira
ruangan itu adalah perpustakaan jika tidak karena papan nama ruangan yang
bertengger di depan pintu. Ruang guru, dengan warna yang terang, namun terdapat
kesan ngeri didalamnya. Tidak terlihat olehku seseorang yang memakai seragam
sepertiku. Tetapi, aku tahu mengapa tidak ada seorangpun siswa yag memasuki
ruangan ini. Guru – gurunya pada muka serem.
Tiba – tiba seorang wanita yang kira – kira umurnya 20-an
menyapa kami.
“ Selamat pagi, ada yang bisa ibu bantu?” Tubuhnya
memiliki tinggi yang sama denganku, rambut yang disanggul, make up yang lumayan tebal menutupi keriput
di sudut matanya. Dia menatap kak Doni seolah ingin melahapnya. Aku meringis
ketakutan, kemudian kembali tersenyum ketika guru itu menatapku. Aku tidak
ingin dimangsa, bu. Pikirku.
“ Maaf! Kami telah membuat janji dengan bapak kepala
sekolah, pak Raja. Apakah saya dan adik saya bisa menemui beliau?” sahut
kakakku dengan sopan dan dengan kata yang santun
“ ooh…! Ya, beliau telah menunggu di ruangannya. Silahkan
masuk!” sahutnya sambil mempersilahkan kami masuk. Kami masuk kedalam ruangan
yang ditunjukkan oleh Bu Rati tadi, dia sempat memberikan kartu namanya pada
kakakku dengan centil. Ihhh,,,, amit – amit. Kakakku hanya menerimanya dengan
senyuman yang dia buat setulus – tulusnya
( tetapi aku tahu betul kakakku pasti mengumpat kesal dalam hatinya). Di dalam ruangan kami menemukan lelaki paruhbaya yang
duduk sambil memperhatikan layar komputernya. Dia sama sekali tak menyadari
kedatangan kami.
“ Selamat pagi, pak! Perkenalkan nama saya Doni, dan ini
adik saya yang akan masuk ke sekolah bapak. Perkenalkan dia Rafika Nurul
Handayani. Anda telah membuat janji dengan ayah saya tapi dengan berat
hati, saya harus mengucapkan kata maaf yang sedalam – dalamnya, beliau
sedang bekerja keluar negeri dan tadi pagi dia telah berangkat.” Sahutnya membungkuk,
aku hanya mengikutinya dari belakang. Orang tua
yang
dari tadi berada di depan layar sekarang mengangkat kepala dan menatap kak Doni
kemudian tatapannya beralih kepadaku. Pertama
kali tatapannya begitu menyeramkan, dengan suasana sunyi, aku seakan berada di
kuburan. Tetapi sedetik kemudian tatapannya berubah menjadi sayu dan ramah
selayaknya orang tua yang biasanya. Dia berjalan mendekati kami dan sekarang berada di depan kami berdua berjalan mendekati
Kak Doni dan menyarankan Kak Doni untuk menegakkan
tubuhnya yang ternyata sedari tadi tertunduk.
“ Saya tahu. Ayahmu telah memberitahukanku sebelumnya.
Jadi ini adikmu? Sungguh suatu kehormatan menerima siswi yang seharusnya masih
duduk di kursi kelas 3 SMP tapi sekarang dia duduk di bangku kelas dua
karena prestasi dan IQ – nya yang melebihi batas normal. Apalagi wajahnya yang
cantik bagaikan bidadari ini, sungguh gadis yang jarang ditemukan. Dengan tubuh
selemah ini tidak akan ada yang percaya jika dia telah memegang sabuk hitam dan
menjuarai berbagai kejuaraan yang membutuhkan fisik hingga tingkat internasional. Sungguh sulit dipercaya.”
Sahutnya dengan wajah berseri – seri bagai telah menemukan harta karun lagenda
permata Aurora. Permata Aurora merupakan permata
yang di cari – cari oleh bajak laut pada zaman dewa Neptune, yang memiliki kekuatan
mistik yang dapat membawa kita ketempat dimana harta karun sebenarnya
disembunyikan. Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa sebenarnya itu
hanyalah dongeng.
“ Sungguh itu merupakan keajaiban bagi saya. Dan lagi
saya hanya gadis biasa yang sedang mencari ilmu
dan merasakan perasaan duduk dibangku
di SMU ini, SMU yang merupakan SMU terkenal di kota ini.” Sahutku tersenyum semanis
mungkin. Walau hanya sekilas tetapi sempat
terlihat wajah kepala sekolah memerah karena senyuman dariku tadi.
“ Kalau begitu. Saya secara khusus akan membawamu menuju
kelas barumu. Doni bisa pulang sekarang. saya yang akan bertanggung jawab atas adikmu yang manis
ini.” Ucap kepala sekolah. Doni hanya menggaruk kepalanya,’ ini pasti reaksi dari
senyuman Fika tadi,’ pikirnya
“ baiklah kalau begitu. Saya permisi!
Terimakasih sebelumnya!” Sahutnya. Dia
mengusap kepalaku lembut dan berjalan keluar setelah memberi salam kepada para guru.
“ Ayo Fika. Kita kekelas barumu sekarang.” Ucap pak Raja.
Aku hanya mengikutinya dari belakang berusaha menyamai langkahnya yang besar
tapi lambat. Kami menaiki tangga, disana terdapat 3
pasang toilet buat pria dan wanita, serta terdapa lab kimia, fisika dan
biologi. Ada pula ruangan yang dikhususkan untuk memainkan music. Kami berhenti
ketika melihat seorang pria tua yang umurnya tidak jauh beda dari umur Pak Raja
kira – kira 40-an.
“ Selamat pagi pak Rudi?” ucap Pak Raja kepada
pria tua itu, sepertinya dia baru ingin memasuki ruangan kelas yang sepertinya kelas XI
IPA A, karena itu yang tertulis dipapan kelasnya.
“ Selamat pagi pak! Ada yang bisa saya bantu?” sahutnya
ramah
“ Iya! Ini ada siswa baru yang akan menjadi murid bapak!
Saya mohon bapak bisa membantunya.” Sahut Pak Raja dan langsung saja lirikannya
yang ramah berubah drastis ketika melihatku, menakutkan.
“ Baiklah kalau begitu. Mari, nak!” sahutnya
“ kalau begitu saya permisi dulu.” Sahut pak Raja
meninggalkanku sendiri bersama pak tua menakutkan ini. Tapi belum sempat kulirik pak Rudi ( atau
begitu yang dipanggilkan tadi ) dia sudah masuk kedalam
ruangan kelas yang mungkin bisa dibilang pemakaman, saking sunyinya.
“ Selamat pagi anak – anak!” sahutnya dan siswa disana
menjawabnya dengan serentak dan tertib. Guru itu memberi isyarat padaku untuk
masuk keruangannya. Murid – muridnya juga sepertinya telah mengetahui jika
bakal akan kedatangan teman baru.
@@@
bikin lagi lanjutannya dong :o
BalasHapus